Suasana asyik dan riuh kawan kawan di puskesmas menjadi agak sepi ketika semua sibuk membaca salah satu posting di Grup Whatsapp tentang adanya insentif bagi tenaga kesehatan yang menangani covid 19. Sebelumnya ndak tau insentif itu mau diberikan kepada rumah sakit saja atau mungkin Puskesmas juga dapat. Sampai akhirnya ada slentingan dari pak presiden puskesmas harus lebih meningkatkan kinerjanya. Padahal di sana sini mereka sudah kerja keras mencari dan tracing pasien covid, sungguh agak mak jleb di hati seperti pekerjaan selama ini tidak dihargai.
Namun tidak perlu patah semangat, kritik memang harus diterima dengan lapang dada dan hingga saat ini pun ada atau tidak ada insentif kita masih bekerja seperti biasa. Semakin waktu berjalan hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan edaran new normal, maka pasien bukannya makin sedikit namun malah semakin ambyar, mulai dari 50 ribu, 100 ribu dan terakhir ini sudah lebih dari 130 ribu. Melebihi pasien positif di negara sumber asalnya tiongkok yang jumlah penduduknya tentu lebih banyak disana.
Cerita lagi mengenai insentif ini, sama seperti awal awal dulu jaman pembagian kapitasi. Sudah tidak bisa dipungkiri dana ini bisa saja menjadi dilema konflik intern puskesmas, dimana satu sama lain merasa tidak adil dalam pembagian. Apalagi ada yang merasa berbuat keras namun dapatnya sama saja dengan yang kerja biasa-biasa saja. Padahal insentif yang dibagikan menurut juknis adalah berdasarkan kasus dan kriteria tertentu. Nah ini yang bisa rawan, ndak cuma di dunia kesehatan, di belahan dunia manapun kalau soal bagi bagi uang pasti rawan akan tidak keadilan. Nah maka dari itu kalau berdasarkan hemat saya, kenapa sih Negeri ini tidak memberikan reward ke semua nakes di puskesmas dan bukan hanya gembor gembor Dokter umum 15 juta, perawat bidan 7,5 juta, tenaga lain 5 juta, ini sangat tidak enak sekali di dengar di telinga di luar sana. Malah sampai sampai ini menjadi ladang rejeki bagi nakes. A'udubillah...
Kesalahan pemerintah saat ini adalah gembor2 di awal tidak diikuti dengan kesiapan sektor terkait untuk melaksanakan kebijakan ini. Jadi sudah kadung di gembor2kan namun hingga saat ini masih pada mlongo di kebanyakan kabupaten kota. Kalaupun cair hanya beberapa tempat saja.
Di Puskesmas itu kerjanya harus total dari layanan dalam gedung hingga luar gedung, dan saya akui mereka berjasa semua terhadap covid ini. Sedikit banyak mereka semua berperan dan juga beresiko terkena covid di layanan kesehatan. Maka pemerintah setidaknya kalau mau beri insentif maka totalitas lah, jangan hanya pilih pilih pada beberapa elemen nakes saja. Tidak perlu banyak banyak asal merata itu malah tidak menjadi ladang konflik internal di puskesmas.
Mungkin ini adalah curahan pemikiran saya yang juga sebagai nakes, tidak perlu berharap insentif covid karena sebenarnya kita sudah dicukupkan rejeki dari yang lain. Buat teman teman puskesmas semoga bisa legowo dan tetap bekerja sesuai dengan sumpah jabatan kita. Jangan lagi ada berita ketidak adilan soal pembagian ini itu, rejeki sudah ada yang atur dan bagi yang muslim tentu pernah mendengar kita tidak akan dimatikan sampai jatah rejeki kita terpenuhi.
SALAM SEHAT SELALU TENAGA PUSKESMAS INDONESIA